HUKRIM

BERITA UPDATE

TERKINI

Catatan Ikhlas Bakri

Rumah untuk Asnimar ketika masih berupa kerangka

"ALHAMDULILLAH.. Terima kasih.. terima kasih," kata Bastian Desa Putra, anggota DPRD Padang Pariaman dari Partai Hanura, saat memarkir kendaraannya setengah berteriak kepada sejumlah wartawan keluarga besar PWI (Persatuan Wartawan Indonesia –red) setempat yang sedang gotong-royong membangun rumah untuk Asnimar (37), janda tujuh anak dalam kegiatan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2017 tingkat lokal.
Belasan wartawan yang tengah bekerja memasang bata, memotong kayu dan mengaduk semen di Minggu (12/3) sore itu tampak sedikit keheranan. Mereka sejenak menghentikan pekerjaannya, menunggu Bastian sambil berjalan beberapa meter ke arah mereka.
"Saya mengapresiasi kawan-kawan wartawan yang membantu membuatkan rumah dunsanak kami. Atas nama keluarga saya mengucapkan terima kasih," ujarnya terdengar lirih.
Ternyata, Asnimar sama-sama bersuku Piliang dengan Bastian dan berasal dari kecamatan yang sama, VII Koto Sungai Sariak walau beda kenagarian Meski nagari asalnya berbeda, Bastian kini juga berdomisili di Balah Aie, nagari yang sama dengan Asnimar. Jarak tempat tinggalnya kurang dari 1 km. Selain itu, istri Bastian juga merupakan tenaga medis di sana dan bertugas di Puskesmas Sungai Sariak.

Bastian Desa Putra
"Saya tahu persis keseharian Asnimar ini. Apa yang diberitakan wartawan beberapa waktu lalu adalah fakta yang sesungguhya, tetapi mungkin ada pengecualian rutinitas untuk waktu-waktu tertentu," jelas Bastian. Pada kesempatan itu Bastian turut berpartisipasi gotong royong dalam bentuk dana.
Sekilas tentang Asnimar
Asnimar janda dengan tujuh anak yang masih kecil-kecil, anak tertuanya Syahrul berusia sekitar 10 tahun. Si kecil sekitar 2 tahun. Suaminya yang sudah dua orang meninggal dunia sekitar 3 tahun lalu. Untuk menghidupi anak-anaknya Asnimar memulung plastik bekas kemasan minuman. Juga mengumpulkan pelepah kelapa di tanah pusakanya yang luas. Pelepah itu ia potong-potong menjadi kayu api dan dijual ke rumah makan di Kuraitaji.
Pendapatannya berkisar Rp50.000 s/d100.000 setiap hari kalau ia tidak sakit. Pernah, mereka sekeluarga makan nasi setengah bubur, ditemani garam secukupnya. Pola makan yang masih belum sehat, apalagi sempurna.
Untuk menjalankan kedua profesi ini, memulung dan / atau mencari pelepah kelapa, Asnimar selalu dibantu anak-anaknya. Moda transportasi yang ia gunakan adalah becak kayuh.
Empat anak Asnimar bertugas mendorong becak, dua orang duduk di bagian depan. Si kecil didekap Asnimar ke dalam pangkuannya dengan tangan kiri, tangan kanan memegang stang becak. Bila kecapean si kecil dipindahkan Asnimar ke stang becak dalam posisi duduk menghadap ibunya.


Anak-anak Asnimar pun ikut bergotong-royong
Asnimar hidup selalu berpindah-pindah sejak beberapa waktu terakhir setelah pulang merantau dari tanah Jawa. Pernah menumpang di rumah keluarga ayahnya di Batangtajongkek, Kuraitaji, sekitar 2,5 km dari rumah ibunya. Pernah juga tidur di mushala. Sejak lima bulan terakhir ia tinggal di tanah pusaka, di samping rumah oragtua perempuannya yang permanen.
Asnimar tidur beralaskan tikar berdinding dan beratapkan terpal, Demi beberapa hal, Asnimar lebih memilih tinggal di "rumah"nya sendiri dan memasak sendiri. Untuk urusan memasak ini Asnimar melangsungkannya di alam terbuka, dekat tempat ia bersama anak-anaknya sering tidur.
Jika dihitung-hitung, dalam rentang waktu Oktober 2016 hingga awal Februari 2017, Asnimar bersama anak-anaknya jauh lebih sedikit beraktifitas di rumah orangtuanya. Asnimar lebih memilih tenteram di tempat seadanya daripada menetap di rumah permanen dalam ketidaknyamanan.


Anak-anak Asnimar
Rutinitas agak janggal yang dilakoni Asnimar, Kartini masa kini yang berjuang melawan kegetiran hidup ini memicu sejumlah wartawan Padang Pariaman menuangkannya ke dalam pemberitaan, termasuk media televisi lokal dan nasional pada awal Februari lalu. Mereka melaporkan seadanya tanpa maksud dan tujuan tertentu.

Tak urung, para pejabat Kabupaten Padang Pariaman dan Sumatera Barat terkesan sedikit hiruk. Pada awal-awal Februari 2017 itu banyak orang berkunjung ke kediaman Asnimar dari berbagai daerah. Ada yang sekedar mencari pembuktian, tak sedikit pula yang membawa buah tangan.
Berita Hoax?
Tiba-tiba saja, apa yang menjadi pemberitaan banyak media ini dicoba membantah oleh pihak-pihak yang berkemungkinan terusik kepentingannya, atau yang selama ini terbiasa menyampaikan laporan kesuksesan saja kepada atasannya (asal bapak senang – red).
Sayang bantahan tersebut beraninya cuma lewat media sosial sekelas facebook yang tanpa data. Entah kenapa mereka enggan berdiskusi dan berdialog dengan wartawan yang punya data valid berupa video, jika memang serius untuk membantah atau sekedar klarifikasi.


Kunjungan Pejabat Pemkab ke rumah Asnimar, 4 Februari yang berbuntut munculnya tudingan "berita hoak"
Di antara yang mereka bantah itu adalah persoalan di mana Asnimar tidur. Mereka meyakini bahwa Asnimar beserta tujuh anaknya selalu tidur di rumah permanen milik orangtuanya. Mereka mendapatkan informasi entah darimana sumbernya.
Selanjutnya masalah kekurangan gizi anak Asnimar. Karena sebelumnya mereka terlanjur memproklamirkan bahwa Padang Pariaman sudah bebas gizi buruk sejak 2015, juga kesuksesan Padang Pariaman Sehat, programnya Badan Amil Zakat (BAZ).
Sementara diagnosa dokter melalui sebuah surat keterangan yang masih disimpan Asnimar menyatakan bahwa kondisi seorang anaknya merupakan ciri-ciri penderita gizi buruk pada tahun 2015.
Masalah ini mendapat perhatian serius dari Yurnaldi, wartawan senior Harian Kompas dan juga anggota Komisi Informasi Provinsi Sumbar. Melalui tulisannya di kolom opini Harian Padang Express  edisi 9 Februari 2017, diawali dengan kalimat Hoax kata orang, hoax pula kata waang, Da Nal – begitu yuniornya sering menyapa – menceritakan adanya kecenderungan pihak-pihak tertentu menuduh berita wartawan yang faktual sebagai berita hoax.

Ikhlas Bakri, Ketua PWI Padang Pariaman
Namun,lanjut Da Nal, tak bertepuk sebelah tangan, wartawan sebagai pembuat berita,juga harus melakukan penggalian informasi, melakukan konfirmasi kepada pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan objek berita dan menyajikannya seimbang kepada pembaca. Terhadap kasus Asnimar, konfirmasi tentu hanya wajib dilakukan kepada Asnimar sendiri dan orang-orang yang menyaksikan kesehariannya.


Dikunjungi dan Disantuni Bupati
Dalam waktu relatif singkat, hanya beberapa hari saja setelah kemunculan berita Asnimar yang fenomenal, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni bersama sejumlah pejabat turun ke lokasi menyaksikan dan berhadapan lansung dengan Asnimar, keluarga dan anak-anaknya. Kepada bupati, anak-anak Asnimar menyebutkan bahwa mereka tidur di rumah permanen milik neneknya.
Akan tetapi aroma bahwa telah terjadi semacam pengondisian sebelum kehadiran bupati begitu kental tercium. Asnimar terlihat begitu segeh, seolah-olah mau berangkat pesta.
Potongan-potongan kayu plus tungku dari bata dan abu bekas memasak sudah tidak terlihat lagi di alam terbuka, tempat di mana Asnimar biasa mengerjakan aktivitas memasak. Hanya saja, rak piring beserta alat perangkat memasak dan rak kayu masih tetap berdiri di tempat biasa. Ia terselimuti oleh terpal yang biasa digunakan Asnimar sebagai atap dan dinding tempat ia tidur.
Asnimar mengakui, sejak kemunculan beriita dirinya di berbagai media, Babinkamtibmas (Badan Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat – red) setempat pernah berkunjung dan menginstruksikan kepada Asnimar dan keluarganya agar Asnimar harus tidur di rumah permanen orangtuanya. Tidak boleh lagi tidur di bawah terpal.


Bupati Ali Mukhni dan isteri (kanan) ketika mengunjungi Asnimar

Dalam kunjungan mendadak tersebut, bupati menyantuni Asnimar beberapa juta rupiah yang kemudian menjadi dana tambahan untuk membangun rumah semi permanen.
"Jika aturan yang ada menghalangi kita sebagai lembaga untuk membantu, maka badoncek (patungan) secara pribadi-pribadi dapat kita lakukan," kata Ali Mukhni.


Membangun Rumah Memperingati HPN
Setelah menjadikan Asnimar sebagai sumber berita, wartawan Padang Pariaman yang bernaung di bawah PWI merasa bertanggungjawab membangunkan rumah sederhana untuk dia yang telah dijanjikan sebelumnya.
Meski dengan dana Rp 0, janji yang sudah terucap tentu harus ditunaikan. Jadilah kegiatan membangun rumah sederhana ini sebagai bagian dari peringatan HPN di Padang Pariaman.

Efa Nurza, wartawan Posmetro Padang
Adalah keluarga Darmansyah (wartawan Singgalang dan Wakil Ketua PWI Padang Pariaman) yang berdomisili di Jakarta merupakan penyumbang perdana sebesar Rp5,2 juta, disusul Jhon Kenedy Azis (anggota DPR RI) Rp3 juta, kawan-kawan Asnimar alumni SMP 3 Pariaman Rp5 juta, Budi Herman dan Dasril Jambak (PT Trikon Sejatama Karya, developer perumahan Ketaping Residence) dalam bentuk kusen, pintu dan tanah timbunan, serta para donatur lain, baik dalam bentuk dana maupun material.
Anggota DPR RI John Kenedy Azis menyerahkan bantuan untuk Asnimar melalui Ketua PWI Ikhlas Bakri
Keluarga besar PWI Padang Pariaman bergotong royong setiap Sabtu dan Minggu seharian. Diawali pada Sabtu 24 Februari 2017. Hingga minggu ke tiga Maret ini, kondisi rumah untuk Asnimar sudah siap 70 %. Sementara Dandim 0308 Pariaman Letkol Endro Nurbantoro sudah bersiap-siap pula membangun  sarana untuk MCK (mandi, cuci dan kakus – red) plus.


Dandim 0308 Pariaman Letkol Arh Endro Nurbantoro

"Meskipun saya sudah mutasi ke Mabes TNI, MCK plus tetap tanggung jawab saya," tegasnya.
LATAR BELAKANG
Potret kemiskinan terpampang di pelupuk mata. Kisah Asnimar (36) janda beranak tujuh (sebelumnya disebutkan enam), warga Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto, tidur di dalam pondok beratap terpal berpenyangga kayu ukuran 1 x 2 meter adalah sebuah kebenaran yang sulit dipercaya sebelum menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Karena di dalam pondok tidak muat, sebagian anaknya tidur di atas becak. Becak ia sandingkan dengan pintu masuk pondok buatannya agar ia bisa mengawasi anak-anaknya saat malam hari. Karton dan terpal bekas ia gunakan buat alas dan peneduh dari dinginnya malam selama empat bulan belakangan. Saat turun hujan, seketika dalam pondok kebasahan oleh titisan air.
Sekitar sepuluh meter dari pondok hunian buatan Asnimar, berdiri kokoh rumah milik orangtuanya. Di rumah tersebut tinggal adik bungsunya Jumayani (23) bersama suaminya. Jumayani diketahui belum lama menikah dengan seorang pria berprofesi sebagai sopir. Di rumah lapang dan layak itu, Asnimar sebenarnya memiliki hak tinggal selaku perempuan Pariaman yang menganut garis matrilinear.
Sebelum mendirikan pondok di tanah milik keluarganya empat bulan yang lalu itu, Asnimar bersama ketujuh anaknya menumpang di rumah Bako (saudara ayahnya) di Batang Tajongkek, Pariaman Selatan.
Asnimar memiliki enam anak dari suami pertama bernama Marlis (43). Marlis yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang jahit itu meninggal dunia pada tahun 2012. Sepeninggal suaminya tak lama menjanda, Asnimar dinikahi oleh Darman Muntir (72) yang menitipkan seorang anak lagi di rahimnya. Darman Muntir yang berprofesi sebagai pedagang itu meninggal dunia saat janin dalam kandungan Asnimar berusia empat bulan. Anak bungsu Asnimar hasil perkawinannya dengan Darman Muntir sekarang masih balita berumur 19 bulan.
"Lebih baik saya tinggal di sini. Meskipun ada hak saya di rumah itu, tapi jika adik saya tak sepaham apa boleh buat, lebih baik saya mengalah," ujar Asnimar kepada sejumlah wartawan yang sengaja datang menjenguknya untuk menyumbang sembako dan uang ala kadarnya.
Asnimar menjelaskan, setelah berita tentang dirinya viral di media sosial, beberapa petugas Kamtibmas mendatanginya dan memintanya tidur di rumah orangtuanya. Permintaan tersebut ia terima, sedangkan hubungannya dengan sang adik masih tetap tidak harmonis.

Ketidak akuran Asnimar dan adik bungsu perempuannya itu dibenarkan oleh adik laki-lakinya, Nurdin (26), dan paman (mamak) kandungnya, Khaidir (50). Sang nenek ,Dalima (85), secara senada juga menyatakan demikian. Mereka mengakui Asnimar berhati keras dan pantang dihina atas kondisi yang menimpanya.
"Kak Asnimar memang keras hati, lebih baik ia menderita daripada berseberangan hati dalam rumah. Telah berbagai upaya kami lakukan untuk mendamaikan mereka berdua," ujar Nurdin.

Dari pengakuan Asnimar, ia pernah didatangi oleh seorang pejabat berhati tulus (ternyata diketahui Dandim 0308/Pariaman Letkol Arh Endro Nurbantoro) hingga ke rumahnya. Pejabat itu menurutnya sudah tiga kali datang memberikan bantuan sembako dan uang kepadanya, jauh sebelum berita tentang keluarganya dimuat media.

"Semoga bapak yang baik itu dilimpahkan rejekinya oleh Allah,"  begitu doa Asnimar.
Dua di antara tujuh anak Asnimar menderita radang paru-paru dan peritonitis akut yang dikuatkan dengan bukti diagnosa dokter. Malianis (5), putri Asnimar yang menderita radang paru tak henti-hentinya batuk selama Asnimar bercakap-cakap dengan wartawan.
Sedangkan Muhammad Jamil (7) anak keempat Asnimar, pernah pula dirawat di RS M Djamil Padang dengan diagnosa penyakit Acute Peritonitis pada bulan Desember 2015. Peritonitis akut adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam perut (peritoneum). Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa menyebabkan infeksi seluruh sistem tubuh yang membahayakan nyawa.
"Oleh pemerintah pernah dibawa ke rumah sakit di Padang, sekarang Muhammad Jamil sudah mulai baikan," ungkapnya.

Sebelum mulai membangun rumah tersebut, Keluarga Besar PWI meminta surat pernyataan penempatan tanah yang ditandatangani oleh paman Asnimar beserta dua saksi terkait setempat. Surat pernyataan ini penting agar tidak ada gugatan saat dibangun.



Seksi Dapur PWI Pariaman, persiapan makan siang gotong royong bangun rumah Asnimar

Janganlah ada lagi pihak tertentu saling adu argumen di media sosial membahas benar tidaknya kondisi keluarga Asnimar. Kondisi Asnimar dan ketujuh anaknya tidur di tenda adalah sahih 100 persen, bukan kabar bohong. (editor: tzakirman@gmail.com)
Pekanbaru, PARIAMAN SATU – Hati istri mana yang tak hancur melihat suami yang dicintainya sedang asyik bercumbu di atas kasur bersama wanita lain. DR (21), teriris-iris melihat langsung suaminya SP (26) berduan dengan perempuan lain. Hatinya semakin hancur dan seakan tidak percaya kalau wanita idaman lain suaminya adalah ibu kandungnya sendiri.

Peristiwa ini terjadi di Jalan Usaha Gang AMD IV RT 04 RW 05, Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru, Riau. Saat ini, SP dan dan mertuanya NUR (36) harus berurusan dengan pihak kepolisian.

“Keduanya digerebek oleh DR. Saat digerebek keduanya sedang di rumah ibunya,” kata Kanit Reskrim Polsek Limapuluh, Ipda Bahari Abdi, Senin (6/3).

Menurutnya, berdasarkan keterangan dari DR, sekira pukul 22.00 WIB ia mencari suaminya yang sebelumnya ada di rumah. Setelah mencari, namun tidak bertemu. Kecurigaan pun mengarah ke rumah ibu kandungnya karena ia sering melihat ibunya berduaan dengan suaminya.

Dengan perasaan campur aduk, dia pun menelepon pamannya yang tidak lain adalah adik kandung ibunya. Keduanya bergegas di rumah DR yang jaraknya hanya beberapa gang saja dari rumah.

Saat di rumah ibunya, kecurigaan DR semakin menjadi saat dia melihat sepasang sendal suaminya di depan pintu. Keduanya membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci.

“Lalu keduanya mendobrak pintu kamar. Saat terbuka kedua SP dan Nur sedang beduan di kasur,” tuturnya.

Melihat peristiwa tidak lazim itu, DR akhirnya memilih melaporkan kejadian itu ke polisi.
“Keduanya dibawa ke Polsek Bukit Raya dibantu oleh warga. NUR sendiri statusnya janda. Mereka dikenakan Pasal Perzinahan,” pungkasnya.

OKEZONE












perburuan dan pembantaian satwa langka
Aksi perburuan dan pembantaian satwa langka di lindungi di Trenggalek Jawa Timur ramai di perbincangkan di media sosial, di media sosial seperti facebook  para pelaku dengan bangga memamerkan foto binatang hasil buruan mereka beberapa di antaranya adalah satwa di lindungi seperti kucing hutan atau Felis Bengalensis, luak, Musang serta landak hutan meski pun para pemilik akun telah menghapus foto-foto tersebut namun identitas pelaku telah di ketahui keberadaannya

Aksi pembantaian satwa di lindungi ini memicu reaksi keras dari kelompok pecinta satwa. Kelompok pencinta hewan menuntut pihak boronang untuk menindak lanjuti temuan itu dan di proses secara hukum. di duga pembantaian beberapa jenis hewan di lindungi ini kerap terjadi di hutan gandusari dan hutan kampak Trenggalek sejak beberapa tahun terakhir.

Aksi Penyelundupan satwa langka kian marak

Penyelundupan dan penjualan satwa langka masih marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, pada Senin 4 Mei lalu Polres Pelabuhan Tanjung Perak menangkap pelaku penyelundupan 24 kakak tua jambul kuning dari Papua mirisnya pelaku penyelundupan menyembunyikan satwa langka itu dengan memasukannya ke dalam botol air mineral.

Menurut Kasubag Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak Lili Jafar penangkapan itu merupakan yang ketiga kalinya dalam satu setengah bulan terakhir, sebelumnya pada bulan April di Medan Sumatera Utara Polisi menggerebek gudang penampungan ratusan satwa langka trenggiling dari penggerebekan Polisi menyita 100 trenggiling hidup dan 3 ton lebih sisik trenggiling yang disimpan dalam lemari pendingin, trenggiling itu diduga akan diselundupkan ke Malaysia dan Tiongkok.

Masih maraknya penyelundupan satwa langka antara lain di sebabkan masih banyaknya permintaan terhadap satwa langka, satwa langka dalam kondisi hidup atau di awetkan nyatanya masih banyak diburu orang.

Pada bulan Maret lalu Polda Jatim menangkap 3 orang yang memperdagangkan satwa langka secara On Line melalui internet Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa satwa langka yang telah di awetkan. Setiap tahunnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkap ada sekitar 28 sampai 53 kasus perdagangan satwa liar, meski kasus penyelundupan atau perdagangan satwa langka sudah sering di bongkar namun kasus-kasus serupa masih saja terulang,

hukuman terhadap para pelaku transaksi hewan langka terbilang cukup ringan. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya para pelaku yang telah di tangkap dan di adili hanya di hukum penjara dalam hitungan bulan saja padahal seharusnya menurut undang-undang hukumannya 5 tahun penjara.

Pemerintah diminta lebih pro aktif untuk menjaga kelestarian satwa langka maraknya kasus penyelundupan menunjukkan masih lemahnya penegakan hukum di bidang lingkungan hidup, perdagangan satwa langka yang marak terjadi di sinyalir melibatkan sindikat Internasional untuk itu demi menjaga kelestarian satwa kita di butuhkan seluruh koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan daerah serta BEA Cukai juga seluruh masyarakat Indonesia



Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Sumatera Barat Brigjen. Pol. Fakhrizal lakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah untuk memastikan suasana kondusif di wilayah kerjanya. Kunjungan ke Padangpariaman dan Kota Pariaman, Kamis (2/3/2017), Kapolda didampingi oleh sejumlah perwira penting di Mapolda Sumbar, diantaranya Irwasda Kombes Syamsul Bahri, Dir Binmas Kombes Nasrun Fahmi dan sejumlah perwira lainnya di jajaran Polda Sumbar.



Di Pariaman ia disambut oleh Walikota Pariaman Mukhlis Rahman, Kapolres Pariaman AKBP Ricko Junaldy, Wakil Walikota Genius Umar, Ketua DPRD Mardison Mahyuddin, Kajari Pariaman Josia Koni.




Sedangkan sebelumnya di Padangpariaman, ia disambut oleh Bupati Padangpariaman Ali Mukhni didampingi Wakil Bupati Suhatri Bur dan Ketua DPRD Faisal Arifin beserta jajaran Forkopimda.

Perwira polisi yang lama bertugas di Pulau Dewata Bali ini, didampingi Ny Ade Fakhrizal, di Mapolres Pariaman, menyatakan kunjungannya ke Pariaman sekaligus dalam rangka silaturahmi dan koordinasi disamping mengecek situasi kondisi wilayah hukum Polres Pariaman yang memiliki dua wilayah hukum, yakni Kota Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman bagian utara.

Sejak berdinas di Sumbar, mantan Kapolda Kalteng ini sudah empat kali melakukan kunjungan kerja di wilayah hukum Sumatera Barat. Sebelumnya ia telah berkunjung ke Polresta Padang dan Polresta Padangpanjang.

Ia menyatakan kondisi wilayah hukum Polres Pariaman cenderung kondusif. Ia menekankan kepada setiap personil jajaran Polres Pariaman agar tidak terlibat narkoba dan melakukan berbagai perilaku menyimpang yang dapat merusak wibawa keposian.

"Pemberantasan narkoba di wilayah hukum Sumatera Barat harus didahului dengan pembersihan di lingkungan internal Polri sendiri," ujarnya.

Di samping itu, Kapolda Rang Awak ini perintahkan jajaran Polres Pariaman meningkatkan kewaspadaan dalam bentuk apapun dalam penanganan paham radikal dan terorisme.

Aksi terorisme yang terjadi di Cicendo, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini, kata Kapolda, tidak terkait sama sekali dengan Sumatera Barat-- namun demikian ia meminta jajaran Polda sumbar untuk tetap melakukan langkah-langkah antisipatif.

"Dalam hal ini Polres Pariaman harus meningkatkan koordinasi dengan instansi lintas sektoral dan melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi kepolisian sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat," ucap Kapolda yang dikenal alim itu.

Kapolres Pariaman AKBP Ricko Junaldy menyatakan, beberapa kasus menonjol di wilayah hukumnya diantaranya kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dan kasus narkoba.

"Kondisi Kamtibmas cenderung kondusif," kata dia.

Polres Pariaman sendiri dibawah komando Ricko memang dikenal dengan 'perang narkobanya'. Kasus demi kasus narkoba dari bandar besar hingga pemakai, silih berganti menghuni jeruji besi tahanan Mapolres Pariaman.

TIM

ilustrasi

Seorang anak yang diduga mengalami gangguan jiwa diduga tega menghabisi nyawa ibu kandungnya dengan balok kayu saat terjadi pertengkaran di antara mereka, Senin (6/3/2017), di Korong Durian Parik Koto Bangko, Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging, Padangpariaman.

Menurut Syamsiwar (56), warga setempat, bersama saksi lainnya ia melihat pelaku Rusati (pria 45) sedang bertengkar dengan ibunya, Rawinah (70), di rumah mereka. Karena ia mengetahui Rusati mengalami gangguan jiwa, ditambah rasa takut, mereka pergi keluar mengabari warga lainnya untuk dapat melerai.

Ketika ia kembali bersama warga hanya berselang beberapa menit saja, ia melihat Rawinah sudah tergeletak bersimbah darah.

"Ibu Rawinah telah meninggal dengan bagian kepala banyak mengeluarkan darah," kata dia.

Disamping jasad Rawinah ditemukan balok kayu yang diduga digunakan korban untuk menghabisi nyawa ibu yang melahirkannya tersebut. Pelaku saat ini sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan jasad Rawinah dibawa ke Puskesmas setempat.

Menurut keterangan saksi warga lainnya, Muhardi (41), Rusati sebelumnya juga pernah melakukan pembunuhan pada tahun 2005.

"Saat itu dia gunakan parang, juga pada warga setempat. Kita berharap pelaku betul-betul diamankan," kata dia.

TIM

Padang -  Dalam Rapat Koordinasi Tanggap Darurat Banjir Longsor di Kabupaten Limapuluh Kota dengan instansi terkait di Ruang Rapat Gubernuran, Minggu 5 Maret 2017, Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno menyebut bencana di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota disebabkan aktifitas galian c di daerah Itu. Pernyataan tersebut didasarkan dari hasil pantauannya pada Sabtu 4 Maret 2017 di lokasi longsor.
Pihaknya berjanji akan mencabut izin galian c yang terindikasi pemicu longsor. "Termasuk yang tidak mengantongi izin. Ini serius, akibatnya fatal. Kami tidak pandang bulu terhadap aktifitas yang merengugt nyawa manusia," tegasnya .
Menurut Gubernur, dari pemantauan di lapangan, terindikasi lokasi penambangan sangat dekat dengan daerah longsor.
"Dari pantauan kami ke lokasi, tepat diatas lokasi longsor terdapat aktifitas penambangan galian C. Itu menyalahi aturan dan kini kita lihat dampaknya " sebutnya.
Dilanjutkannya, jika tambang tersebut illegal maka provinsi akan libatkan kepolisian untuk memproses secara hukum. Namun kalau legal maka akan dicabut izinnya.
Menurut Gubernur, longsor di jalan nasional yang menyambungkan Propinsi Sumbar ke Propinsi Riau tergolong parah, karena jumlahnya mencapai 64 titik, serta mengakibatkan jalan terban 20 meter.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Herry Martinus membenarkan adanya indikasi tambang Galian C di atas lokasi longsor. Pendataan sementara, puluhan kegiatan tambang di Kecamatan Pangkalan, dan hanya sebagian yang memiliki izin.
"Untuk yang berizin ada sekitar 21, sedangkan ada 20 lainnya tidak berizin. Operasional mereka acak, di sebelah tambang yang berizin ada tambang illegal. Untuk pastinya kami akan turunkan tim ke lapangan. Tambang mana saja yang bisa dipastikan menjadi penyebab longsor," katanya.
Menurut Hery di Kabupaten Limapuluh Kota saat ini memang marak permintaan izin tambang galian c untuk memenuhi kebutuhan material pembangunan infrastruktur. Akan tetapi izin tetap akan dievaluasi jika realisasinya menganggu atau merusak lingkungan.“Satpol PP bersama TNI/Polri akan menertibkan aktifitas Galian C yang dinyatakan ilegal ,” pungkasnya. 
 
www.pasbana.com